Senin, 13 Juni 2016
Teluk Kiambang, Desa kecil di ujung barat Inhil
Batas
sebelah timurnya adalah berbatasan dengan desa Mumpa, sebelah barat dengan desa
Kerta Jaya, sebelah selatan oleh sungai Indragiri yang memisahkannya dengan
kecamatan Kempas, dan sebelah utaranya dengan ujung barat kecamatan Gaung.
Seperti pada desa-desa Inhil lainnya wilayahnya dibagi atas parit-parit yang
bermuara pada sungai Indragiri sebagai drainase perkebunan warga. Batas
adminstratif desa ini adalah berada pertengahan parit lima dan parit empat pada
ujung baratnya di desa mumpa dan pertengahan parit tigabelas dan parit
empatbelas pada ujung timurnya pada desa Kerta Jaya.
Etimologis
Tidak
ada sumber terkait atas pemberian nama desa ini. Kalau kita telusuri nama desa
ini berasal dari dua buah frase kata yakni Teluk dan Kiambang, Teluk yang
berarti perairan sempit yang memisahkan dua daratan dan menghubungkan dua
lautan, dan kata kedua Kiambang merujuk pada tumbuhan air yang hidup di
sungai-sungai atau parit-parit, yang biasa disebut enceng gondok.
Jika
kita dilihat dari arti etimologisnya pemberian nama pemukiman ini tidak tepat
karena artinya adalah perairan enceng godok, sedangkan wilayah kawasan
pemukiman ini adalah berupa daratan. Terlepas dari itu, pemberian nama ini
pemberian atas pembuka pemukiman ini.
Geografi
dan Sumber Daya Alam
Secara
geografis desa ini sama dengan desa-desa pada umumnya di Indragiri hilir hanya
berada sekitar 2-3 mdpl, sehingga ketika air laut pasang melalui sungai maka
desa ini akan digenangi air, kemudian ketika air laut surut maka genanganpun
akan hilang.
Kondisi
lapisan tanahnya pada umumnya tanah gambut yang subur sehingga sangat mendukung
untuk kegiatan pertanian dan perkebunan yang didukung oleh kondisi alam yang tropis
karena sangat dekat dengan garis kahutulistiwa membuat wilayah ini memiliki
curah hujan tahunan yang tinggi dan paparan matahari sepanjang tahun.
Sumber
daya desa teluk kiambang berupa kelapa, kelapa sawit, buah-buhan dan sayuran. Selain
itu untuk ketahanan pangan desa ini setiap tahunnya warga menggarap sawahnya
sendiri untuk mendapatkan makanan pokok yang areal pertaniaannya berada
diantara sungai kea rah utara jalan desa wilayahnya.
Demografi
Penduduk
desa ini pada tahun 2016 berjumlah kurang lebih 3600 jiwa dengan jumlah
keluarga 900 dengan berbagai etnis yang secara mayoritas adalah suku banjar,
jawa, melayu bugis dan lain-lain. Pada umumnya berafiliasi pada ajaran Islam.
Suku-suku yang datang berasal dari migrasi luar sumatera seperti suku banjar
dari Kalimantan, jawa dan bugis dari pulau jawa dan Sulawesi.
Pola
Pemukiman dan Mata Pencaharian
Pemukiman
penduduk desa ini terkonsentrasi pada pusat pemerintahannya di wilayah kawasan
parit 8 yang menjadikannya sebagai kawasan terpadat. Disinilah tempat kantor
pemerintahan desa, pasar, LPM, Koperasi dan lembaga pendidikan. Sisanya berada
di parit-parit desa lainnya yang pola pemukimannya adalah memanjang jalan yakni
perumahan warga berada di kiri dan kanan jalan desa sebagian lainnya bermukim
pada jalan ke arah perkebunan. Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah
sebagai petani atau pekebun, pedagang, buruh dan nelayan. Hari pasar di desa
ini sejak puluhan tahun yang lalu adalah hari selasa sebagai tempat warga
penduduk membeli berbagai kebutuhan hidup rumah tangga yang pedagangnya berasal
dari pedagang domestik desa dan pedagang luar.
Infrastruktur
Pembangunan
fisik perdesaan ini sama seperti nasib desa di inhil – bukan saja inhil, tapi
desa-desa di seluruh pelosok negeri ini- yang sangat minim dalam pembangunan
fisik terutama infrastruktur jalan dan jembatan. Di negeri ini desa seperti
dianaktirikan oleh induknya (kota), pembangunan hanya terpusat pada kota,
terlihat sekali diskriminasi antara desa dan kota dalam pembangunan fisik
maupun non-fisik. Padahal dalam peraturan No. 34 tahun 2014 pemerintah pusat
dan pemerintah daerah memiliki tanggung jawab dalam pemberdayaan desa.
Akan
tetapi realitasnya sangat kontras. Kondisi jalan desa ini sudah memprihatinkan
tidak pernah mendapat perhatian sejak pembangunannya sekitar 18 tahun yang
silam sekitar tahun 1998. Akses keluar dari desa ini dapat dilakukan dengan
jalan darat melalui desa mumpa untuk mencapai akses jalan provinsi untuk menuju
pusat pemerintahan kabupaten kota tembilahan dan ke wilayah dan desa lainnya
atau wilayah terluar dari kabupaten inhil.
Desa
ini telah dimasuki pasokan listrik PLN (Perusahaan Persero Listrik Negara per
juni 2016. Ini menjadi kabar baik bagi penerangan dan kebutuhan energi listrik
lainnya yang sebelumnya warga hanya menggunakan PLTD. Sebenarnya listrik PLN
sudah masuk di desa ini pada era orde baru di tahun 1997, namun karena berbagai
kendala pasukan listrik gagal. Baru 19 tahun kemudian baru telaksana.
Pendidikan
dan Tempat Ibadah
Memiliki
empat buah institusi pendidikan dasar yakni tiga Sekolah Dasar negeri dan satu
Madrasah ibtidaiyah. Satu buah Madrasah Tsanawiyah dan satu buah Madrasah
Aliyah. Beberapa tempat ibadah masjid dan mushalla atau surah berdiri di desa
ini sebagai pusat pendidikan non-formal masyarakat.
Pemerintahan
dan Keamanan
Pemerinatah
Desa (PemDes) memiliki otonomi dalam pemerintahan dan pembuatan peraturan
desanya yang diawasi oleh BPD. Desa ini sudah ditempatkan Unsur babinkamtibmas dan
Babinsa sebagai penegak dan pelayanan keamanan pemukiman desa di ujung barat
inhil.
Wisata
Salah
satu tempat wisata desa ini -musiman- adalah pengendapan pasir di tengah sungai
sejak dulu, yang bisa dikunjungi apabila air sungai mengalami surut. Pasir
disungai ini juga menjadi material pembuatan rumah-rumah penduduk yang diambil
secara gratis oleh warga setempat.
Sumber referensi tulisan : Data desa, Pengamatan
dan pengalaman penulis sebagai warga desa Teluk Kiambang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Logis Anies Dirikan Partai Sendiri?
If you want a thing done well, do it yourself.” – Napoleon Bonaparte, Kaisar Prancis (1804-1814) Tahun itu adalah tahun 2014, ketika seb...
-
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Auliaurrasyidin sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di kabupaten Indragiri Hilir yang sebelumnya...
-
“Art is a criticism of society and life, and I believe that if life became perfect, art would be meaningless and cease to exist.” — Naguib...
-
Kampus STAI Auliaurrasyidin Tembilahan-Riau Postingan kali ini penulis pengen memposting mengenai kampus tempat penulis menimba il...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar